Ustadz yang Baik: Memberi Dalil atau Tabayyun Dulu Saat Mendengar Cerita Keluarga?

Ustadz yang baik tidak tergesa-gesa memberi dalil untuk membenarkan satu cerita. Ia mengutamakan tabayyun, keadilan, dan maslahat jangka panjang.

Dalam kehidupan bermasyarakat dan berkeluarga, tidak jarang seorang ustadz atau tokoh agama didatangi oleh satu anggota keluarga yang sedang terluka, marah, atau merasa dizalimi. Ia datang dengan harapan mendapat pembelaan, penguatan, bahkan pembenaran melalui dalil agama.

Namun muncul pertanyaan penting:
Apakah ustadz yang baik langsung memberi dalil untuk membenarkan ceritanya, atau justru perlu mendengar dan memastikan kebenaran cerita tersebut terlebih dahulu?

Jawabannya sangat menentukan keadilan dan keberkahan nasihat yang disampaikan.


Pentingnya Tabayyun dalam Islam

Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi keadilan dan kehati-hatian dalam menilai suatu perkara. Salah satu prinsip utamanya adalah tabayyun, yaitu meneliti dan mengklarifikasi informasi sebelum menyimpulkan.

Allah ﷻ berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seseorang membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya…”
(QS. Al-Hujurat: 6)

Ayat ini tidak hanya berlaku untuk berita besar di masyarakat, tetapi juga sangat relevan dalam konflik keluarga. Cerita yang disampaikan seseorang bisa saja benar, bisa juga tidak lengkap, atau dipengaruhi emosi.

👉 Jika seorang ustadz langsung memvonis atau memberi dalil tanpa klarifikasi, ia telah melanggar prinsip ayat ini.


Larangan Menjadi Penyebab Fitnah

📖 QS. Al-Isra: 36

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu ketahui…” (QS. Al-Isra: 36)

🧠 Pesan ayat:

  • Tidak boleh berbicara, menghakimi, atau menyimpulkan tanpa ilmu yang utuh.
  • Ustadz yang hanya mendengar satu versi cerita lalu memberi fatwa/penilaian → termasuk berbicara tanpa ilmu.


Ustadz yang Baik Tidak Langsung Menghakimi

Ustadz yang amanah dan bijak tidak terburu-buru memihak hanya karena mendengar satu versi cerita. Mengapa?

  • Setiap orang cenderung membela dirinya sendiri

  • Emosi dapat mengaburkan objektivitas

  • Konflik keluarga sering memiliki latar belakang panjang

Karena itu, ustadz yang baik akan:

  • Mendengar dengan empati

  • Menahan diri dari vonis

  • Tidak langsung menyalahkan pihak lain

  • Menyadari bahwa kebenaran sering memiliki lebih dari satu sisi


Bagaimana Cara Memberi Nasihat yang Benar?

1. Menyampaikan Dalil Secara Umum

Dalil boleh disampaikan, namun tidak untuk memvonis pihak tertentu. Misalnya:

  • Dalil tentang kewajiban berbuat adil

  • Dalil tentang larangan menyakiti orang tua

  • Dalil tentang pentingnya musyawarah dan kasih sayang keluarga

Dalil disampaikan sebagai cermin untuk introspeksi, bukan sebagai palu penghukuman.


2. Klarifikasi Jika Perlu dan Memungkinkan

Jika persoalan menyangkut:

  • Warisan

  • Hibah

  • Konflik saudara

  • Tuduhan kezaliman

Maka ustadz idealnya:

  • Mendengar keterangan pihak lain

  • Atau menyatakan secara jujur bahwa keputusan belum bisa diambil tanpa informasi lengkap

Ini bukan sikap ragu, tetapi takut berbuat zalim atas nama agama.


Bahaya Langsung Memberi Dalil Tanpa Tabayyun

Jika ustadz langsung memberi dalil untuk membenarkan satu pihak, dampaknya bisa serius:

  • Dalil dijadikan alat pembenaran emosi

  • Pihak lain merasa dihakimi tanpa didengar

  • Konflik keluarga semakin membesar

  • Agama tampak keras dan tidak adil

Padahal Rasulullah ﷺ sendiri mengingatkan bahwa manusia bisa keliru jika memutuskan perkara hanya berdasarkan apa yang didengar dari satu sisi.


Sikap Ideal Ustadz dalam Konflik Keluarga

Ustadz yang bijak akan berkata dengan jujur dan menenangkan:

“Saya perlu mendengar secara utuh, atau kita bahas secara umum dulu tanpa menyalahkan siapa pun.”

Sikap seperti ini justru:

  • Menjaga kehormatan semua pihak

  • Mencegah fitnah

  • Menjaga agama dari tuduhan tidak adil


Kesimpulan

Ustadz yang baik tidak tergesa-gesa memberi dalil untuk membenarkan satu cerita.
Ia mengutamakan tabayyun, keadilan, dan maslahat jangka panjang.

Urutan yang benar adalah:
Mendengar → tabayyun → nasihat umum → klarifikasi → baru kesimpulan

Karena dalam Islam, berniat menolong tapi keliru menilai bisa berubah menjadi kezaliman.

Mau donasi lewat mana?

BRI - Saifullah (05680-10003-81533)

BCA Blu - Saifullah (007847464643)

Mandiri - Saifullah (1460019181044)

BSI - Saifullah (0721-5491-550)
Merasa terbantu dengan artikel ini? Ayo dukung dengan memberikan DONASI. Tekan tombol merah.

Penulis

Saifullah.id
PT Saifullah Digital Advantec

Posting Komentar

Tulis komentar anda di bawah ini, lalu centang Beri Tahu Saya agar mendapatkan notifikasi saat kami membalas, lalu tekan PUBLIKASIKAN